Abu Jahal

Abu Jahal adalah Fir’aun umat ini. Ia hidup di Makkah sebagai musuh Allah dan Rasul-Nya. Ia selalu berusaha membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia melihat sejumlah ayat (tanda kekuasaan) Allah dan sejumlah mukjizat, tetapi mata hatinya telah lebih dulu buta sebelum mata kepalanya. Karenanya,ia pun menjadi seperti setan yang sangat pembangkang.
Sering kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya merasakan gangguan dan pengingkarannya. Akan tetapi, suatu hari beliau berharap dia masuk Islam. Beliau bersabda:
Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan ‘Amr bin Hisyam atau ‘Umar bin Khattab.”
Allah mengabulkan doa Rasulullah ini, sehingga orang yang paling baik diantara kedua itu adalah ‘Umar bin Khattab yang pada akhirnya dia masuk Islam, sedangkan orang yang paling jahat diantara keduanya adalah Abu Jahal yang senantiasa memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sesungguhnya Abu Jahal adalah pengatur siasat perang Badar bagi musuh Islam. Ia berkeinginan memberikan pelajaran bagi umat Islam. Akan tetapi, ia telah tertipu setannya bahwa ia akan mengalahkan nabi dan para sahabatnya dan tiba-tiba ia mati terbunuh berlumuran darah; dan sebelum mati, ia sempat berkata: “Bagi siapakah kemenangan hari ini?” Maka dikatakan kepadanya: “Bagi Allah dan Rasul-Nya.”
Mendengar itu, Abu Jahal mencela kaum muslimin dan bertambah kafir. Hal ini membuat RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Fir’aun umat ini lebih parah daripada Fir’aun Musa.”
Memang benar, Fir’aun musa beriman saat akan meninggal dunia meskipun Allah tidak menerimanya. Adapun Fir’aun arab ini mati dalam keadaan kafir dan mencela Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam kondisi yang buruk penuh dengan kedengkian terhadap Islam dan nabi-Nya, tumbuh seorang remaja yang bernama Ikrimah. Ikrimah melihat ayahnya di Makkah tidak henti-hentinya memusuhi umat Islam, kemudian melihat kaumnya kalah dalam perang Badar. Ia kembali ke Makkah tanpa disertai ayahnya seperti ketika dia berangkat ke Badar. Ia membiarkan ayahnya tewas di tangan pasukan Islam, bahkan sampai penguburannya pun ia membiarkannya.
Adapun dalam perang Uhud kondisi sedikit berbeda. Pasukan Quraisy keluar dengan membawa pasukan kuda dan kebesarannya. Ikrimah berada dalam pasukan inti bersama Khalid bin Walid yang menjadi pemimpin pasukan sayap kanan. Bahkan Ikrimah membawa istrinya, Ummu Hakim, yang bertugas menabuh rebana bersama dengan Hindun binti ‘Utbah. Saat itu, Ummu Hakim mendendangkan syair:
Ayolah, wahai bani ‘Abdid Dar
Ayolah, para pembela kaumnya
Pukulah musuhmu dengan pedang
Para pasukan kafir ini menjadi bersemangat. Ikrimah mengendarai kudanya yang dikendalikan setan dan kedengkiannya untuk memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Tetapi, Ikrimah meletakkan di depan matanya peristiwa tewasnya sang ayah di tangan kaum muslimin pada perang Badar. Sampai akhirnya peperangan berakhir dengan kemenangan di tangan pasukan kafir. Akan tetapi, kemenangan mereka itu merupakan kemenangan  yang tidak sempurna, sebab mereka takut serangan kaum muslimin, sehingga mereka lari menuju kota Makkah.
Dalam perang Khandaq atau Al-Ahzab, Ikrimah adalah salah satu dari ribuan anggota pasukan kafir yang mengepung kota Madinah, kota Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-oranng Islam. Akan tetapi, mereka tercengang ketika melihat parit besar yang belum pernha mereka lihat sebelumnya. Parit ini membuat senjata-senjata di tangan mereka tidak berguna. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Pengepungan pun berlangsung lama. Ikrimah tidak sabar, maka ia keluar bersama dengan ‘Amr bin Wud untuk mengajak pasukan Islam melakukan pertandingan jawara (duel satu lawan satu) dari kedua pasukan. ‘Ali radhiyAllahu ‘anhu keluar menanggapi ajakan ini. ‘Ali melawan ‘Amr bin Wud dan memperoleh kemenangan karena berhasil memenggal kepala ‘Amr bin Wud dan melemparkannya pada pasukan musyrik.
Melihat kejadian ini, Ikrimah takut sehingga ia lari seperti tikus yang ketakutan. Ikrimah meninggalkan peralatan perang dan barang-barang lainnya. Oleh karena itu, ‘Ali radhiyAllahu ‘anhu mengambilnya dan memberikannya sebagai hadiah untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah memenangkan Islam dan kaum muslimin. Mereka berhasil menaklukkan kota Makkah. Akan tetapi, kemenangan ini tidak terlepas dari perlawanann  kecil. Ikrimah bersama dengan Shafwan bin Umayyah, Suhail bin ‘Amr, dan seorang lelaki dari bani Bakar (namanya Hammas bin Qais) melakukan perlawanan terhadap kaum muslimin.
Ketika melihat apa yang dilakukan Qais, istrinya berkata: “Wahai Hammas, apa yang kamu persiapkan?”
“Aku mempersiapkannya untuk Muhammad,” ujar Hammas.
Demi Allah, kamu tidak akan mampu melawan Muhammad dan para sahabatnya,” tukas istrinya.
Dengan sombong Hammas berkata: “Kami akan membunuh mereka dan kamu akan mempunyai pembantu dari mereka.”
Sementara itu Ikrimah bersama teman-temannya berkumpul di tempat yang dinamakan Al-Khandamah mereka ingin melakukan permusuhan dan perlawanan terhadap kaum muslimin. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meladeni mereka dengan mengajukan pedanngnya yang terhunus, yaitu Khalid bin walid (yang mempunyai julukan Saifullah wa Rasulihi Al-Maslul yang berarti pedang Allah dan Rasul-Nya yang terhunus). Maka mereka kalah dan lari tunggang langgang, termasuk juga Hammas. Oleh karena itu, Hammas masuk ke rumahnya dan menutup pintunya, kemudian dia mengucapkan syair:
Sungguh andai kamu menyaksikan hari Al-Khandamah
Saat Shafwan dan Ikrimah lari kalah
Kami disambut pedang-pedang muslim
Yang memotong-motong setiap tengkorak kepala dan tangan
Pelarian Ikrimah bin Abu Jahal
Ikrimah lari, sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengizinkan untuk membunuhnya bersama sembilan orang lainnya. Melihat ancaman mati dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, Ikrimah melarikan diri ke Yaman. Pada saat itu istrinya yang bernama Ummu Hakim masuk Islam dan meminta perlindungan dan keamanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk Ikrimah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya: “Dia aman”
Ummu Hakim melakukan perjalanan untuk mengembalikan suaminya ke Makkah. Dalam perjalanannya ini, ia ditemani seorang lelaki Romawi. Lelaki ini melihat adanya kesempatan untuk berbuat mesum karena mereka hanya berdua saja, sementara jarak perjalanan sangat jauh. Akan tetapi, Ummu Hakim menolaknya hingga akhirnya mereka berdua sampai di suatu pantai. Disinilah takdir menundukkan Ikrimah.
Ikrimah berkata kepada salah satu seorang nahkoda kapal: “Bawalah aku sampai ke Yaman dan aku akan memberikan apa yang kamu inginkan.”
Nahkoda kapal berkata, “Tidak, kecuali kamu ikhlas.”
“Bagaimana cara berikhas?” Tanya Ikrimah.
Kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad utusan Allah.” Jawab nahkoda kapal.
Dengan kesal Ikrimah berrkata: “Ini adalah Tuhan Muhammad yang kami diajak kepada-Nya.”  Ikrimah mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Ia berputar. Ia kaget, karena di depannya terdapat istrinya. Istrinya berkata: “Aku datang kepadamu dari manusia yang paling baik, mannusia yang paling penyayang, manusia yang paling santun, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku telah meminta perlindungan dan keamanan untukmu darinya. Beliau telah menjamin keamananmu, maka janganlah kamu binasakan dirimu sendiri! Kembalilah, karena sesungguhnya kamu akan aman.”
Ummu Hakim menceritakan hal ihwal pemuda Romawi yang bersamanya. Ia telah meminta bantuan kepada sebagian orang-orang pedalaman dan mereka mau memberikan bantuan. Ia masih tetap bersama dengan pemuda ini, sehingga nafsu pemuda ini tertuju kepadanya. Maka dalam perjalanan menuju Makkah, Ikrimah pun membunuh pemuda tersebut.
Saat diajak berduaan oleh Ikrimah, Ummu Hakim berkata: “Wahai Ikrimah, sesungguhnya kamu musyrik, sedang aku muslimah. Allah telah mengharamkan diriku atasmu.” Kata-kata yang seperti panah ini telah menancap di hati Ikrimah, sehingga hati Ikrimah pun terluka dan pikirannya menjadi kacau balau.
Sementara di Makkah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri diantara para sahabatnya sambil bersabda: “Sesungguhnya Ikrimah bin Abi Jahal akan datang kepadamu dalam keadaan beriman dan berhijrah, maka janganlah kamu mencela ayahnya, karena mencela orang yang sudah mati dapat menyakitkan orang yang masih hidup, walaupun celaan itu tidak sampai kepada orang yang sudah mati.”
Masuk islamnya Ikrimah bin Abu Jahal
Ikrimah pun datang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Selamat datang, pengendara yang berhijrah.”Beliau berdiri kepadanya, meluaskan kain untuknya, dan menyambutnya dengan sebaik-baik sambutan.
Ikrimah berkata: “Aku mendengar bahwa engkau telah menjamin keamananku, wahai Muhammad ?”
“Ya sungguh kamu aman,” jawab Rasul
“Untuk apa kamu menngajakku ?” tanya Ikrimah.
“Untuk menyembah Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu  bagi-Nya, melaksanakan shalat, membayar zakat, menunaikan puasa, dan berhaji di Baitullah,” kata Rasul.
Ikrimah berkata: “Demi Allah, engkau tidak mengajakku, kecuali kepada kebenaran; dan engkau tidak memerintahku, kecuali kepada kebaikan.” Ikrimah mengulur tangannya dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Ikrimah berkata: “Wahai Rasulullah, aku memohon kepadamu untuk mengampuniku atas setiap permusuhanku terhadapmu, setiap jejak langkahku, setiap kesempatan aku bertemu denganmu, dan setiap perktaan yang aku ucapkan dihadapanmu atau tidak dihadapanmu.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa untuk Ikrimah:
 Ya Allah ampunilah setiap permusuhan yang dilakukannya terhadapku, setiap jejak langkahnya yang ia inginkan untuk memadamkan cahaya-Mu. Ampunilah perkataan yang diucapkan guna merendahkan martabatku, baik ketika dia berada di hadapanku maupun tidak dihadapanku.”
Ikrimah berkata: “Wahai Rasulullah, tidaklah aku mengeiuarkan satu hartapun yang telah aku gunakan untuk memusuimu, kecuali aku juga akan menginfakkan harta yang sama di jalan Allah.”
Setelah masuk Islam, Ikrimah bersumpah: “Demi Dzat yang telah menyelamatkanku saat perangBadar.” Ia bersyukur kepada Tuhannya karena ia tidak mati terbunuh dalam perang Badar (karena pada waktu itu Ikrimah masih dalam keadaan kafir, red). Ia masih tetap hidup sampai akhirnya Allah pun memuliakannya dengan Islam. Ia selalu membawa mushaf sambil menangis: “Kitab Tuhanku ! Kitab Tuhanku !“
Syahidnya Ikrimah bin Abu Jahal
Pada saat perang Yarmuk meletus dengan hebatnya dan pasukan Romawi hampir mengalahkan pasukan Islam, maka singa buas Ikrimah pun bangkit dan berkata: “Minggirlah, wahai Khalid bin Walid, biarkan aku menebus apa yang telah aku dan ayahku lakukan. Dulu aku memusuhi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apakah sekarang aku akan lari dari pasukan Romawi ? Demi Allah tidak, selamanya tidak akan terjadi !”
Ikrimah berteriak: “Siapa yang akan membaiatku untuk mati ? “
Pamannya Harits bin Hisyam, dan juga Dhirar bin Al-Azwar berdiri untuk membaiatnya. Ikut bersama mereka 400 pasukan muslim. Mereka memasuki arena peperangan hingga mereka dapat mengalahkan pasukan Romawi, dan Allah pun memberikan kemenangan dan kemuliaan bagi pasukan-Nya.
Perang pun selesai. Ikrimah tergeletak terkena 70 tikaman di dadanya, sedang disampingnya adalah Al-Harits bin Hisyam dan Ayyasy bin Abi Rabi’ah. Al-Harits memanggil-manggil meminta air namun ia melihat Ikrimah sangat kehausan maka ia berkata: “Berikanlah air kepada Ikrimah.” Ikrimah melihat Ayyasy bin Abi Rabi’ah juga sangat kehausan, lalu ia berkata: “Berikanlah air kepada Ayyasy.” Ketika air hampir diberikan, Ayyasy sudah tidak bernyawa. Para pemberi air dengan cepat menuju Ikrimah dan Al-Harits, namun keduanya pun sudah tiada untuk meminum air surga dan sungai-sungainya.
Sumber: Kisah Teladan 20 Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk Anak, Dr. Hamid Ahmad Ath-Thahir, Irsyad Baitus Salam, 2006 (Dipublikasikan ulang oleh KisahMuslim.com)










KISAH ABU JAHAL
Abu Jahal nama lengkapnya adalah Abu Jahal bin Hisyam. Orang Quraisy biasa memanggilnya Abul Hakam. Ia termasuk orang yang terpandang di kalangan kabilah Quraisy. Dia adalah orang kafir Quraisy yang selalu menghalang-halangi dan memusuhi Nabi Muhammad SAW. Ejekan dan hinaan sering sekali dilontarkan dari mulutnya, menganggap Nabi gila “Hai Muhammad, apalagi yang hendak kau katakan hari ini?” suara Abu jahal dengan nada mengejek. “Ada berita penting yang harus kusampaikan,”Jawab Nabi, tenang.
“Apa itu?”
“Semalam aku telah isra’ ke Baitul Maqdis,”
“Haa…ha…gila. Kaumku! Kemarilah kalian semua! Ada berita penting dari Muhammad!” Abu Jahal memanggil orang-orag kafir Quraisy sambil terbahak-bahak.
Dalam waktu singkat penduduk mengelilingi Nabi.
“Ada apa lagi ini?” Tanya orang-orang Quraisy kasak kusuk.
“Muhammad selalu membuat ulah yang aneh-aneh, “kata kaum kafir Quraisy.
Tidak lama kemudian Nabi Muhammad SAW bercerita tentang pertemuannya dengan para Nabi. Mereka bahkan melakukan shalat berjamaah.
“Kalau kau memang bertemu para Nabi, bagaimana penampilan mereka itu? tanya Abu Jahal dengan berlagak menyelidik.
“Nabi Isa bertubuh sedang, tidak jangkung dan tidak pendek, warna kulitnya kemerahan. Kalau Nabi Musa bertubuh kekar dan jangkung. Kulitnya agak kehitaman. Sedangkan Nabi Ibrahim lebih mirip diriku, “kata Rasullullah SAW.
“Ah cerita seperti itu bisa dikarang! Siapa yang bisa meyakinkan kebenaran omongannya?”orang-orang Quraisy tetap tidak puas. Mereka lupa bahwa sejak kecilsampai dewasa (berusia 40 tahun) Rasulullah tidak sekalipun pernah berbohong.
“Bagaimana kami bisa percaya pada kata-katamu? Perjalanan yang begitu jauh engkau tempuh dalam waktu semalam saja?” Tanya seorang pemuka Quraisy.
Akhirnya Nabi bercerita lagi mengenai pertemuannya dengan beberapa kafilah yang sedang menuju Makah. Mereka baru akan tiba sore itu. Nabi menggambarkan ciri-ciri kafilah tadi dengan menjelaskan warna unta yang paling depan beserta bawaannya dan Nabi memberikan petunjuk arah pada kafilah yang tersesat.
Orang-orang kafir Quraisy segera pergi dan mencari kafilah yang diceritakan Nabi tadi ternyata keterangan Nabi benar. Meskipun demikian, kaum kafir yang sesat itu masih tidak mempercayai mukjizat yang diterima Rasulullah. Mereka tetap tidak mau beriman.
Abu Jahal Ingin membunuh Rasulullah SAW
Para petinggi Quraisy ingin berunding dengan Rasulullah SAW. Tatkala Rasulullah SAW berlalu, Abu Jahal dengan sombongnya berkata kepada kaum Quraisy, Wahai kaum Quraisy! Sesungguhnya Muhammad sebagaimana yang telah kalian saksikan, hanya ingin mencela agama nenek moyang kita, menuduh kita menyimpang dari kebenaran serta mencaci tuhan-tuhan kita. Sungguh aku berjanjiatas nama Allah untuk duduk di dekatnya dengan membawa batu besar yang mampu aku angkat dan aku hempaskan ke atas kepalanya saat dia sedang sujud dalam shalatnya. Maka setelah itu, kalian hanya memiliki dua pilihan; menyerahkanku atau melindungiku. Dan setelah itu, Silakan Bani ‘Abdi Manaf berbuat apa saja yang mereka mau.”
Mereka menjawab, Demi Allah, “Demi Allah! Sekali-kali Kami tidak akan menyerahkanmu. Lakukan apa yang engkau inginkan.”
Pagi harinya, Abu Jahal benar-benar mengambil batu besar sebagamana yang ia katakan, kemudian duduk sambil menunggu Rasulullah SAW, tak berapa lama, Rasulullah dating sebagaimana biasa. Lalu beliau melakukan shalat sedangkan kaum Quraisy juga sudah datang dan duduk ditempat mereka berkumpul sambil menunggu yang akan dilakukan oleh Abu Jahal. Rasul saat sujud, Abu jahal mengangkat batu besar kemudian berjalan menuju kearah nabi hingga jaraknya dekat. Akan tetapi anehnya ia berbalik mundur, wajahnya pucat pasi ketakutan. Tangannya sudah tidak bisa menahan beratnya batu hingga dia melemparkannya. Menyaksikan hal seperti itu, para pemuka Quraisy bergegas menyongsong dan bertanya”Ada apa denganmu, wahai Abu Jahal.”
“Aku telah berdiri menuju kearahnya untuk melakukan yang telah ku katakan semalam, namun ketika aku mendekatinya seakan ada onta jantan yang menghalangiku. Aku belum pernah melihat onta jantan yang lebih menakutkan darinya, baik rupanya, lehernya ataupun taringnya. Binatang itu ingin memangsaku”, Kata Abu Jahal.
Walaupun demikian Abu Jahal tidak ada sadarnya pada saat parlemen “Darun Nadwah” mengadakan sidang istimewa, Abu Jahal mewakili kabilah Bani Makhzum.
Sidang parlemen ini menyepakati terhadap keputusan keji untuk membunuh Nabi Muhammad SAW . Usulan keji itu berasal dari penjahat kelas kakap Makah yaitubernama Abu Jahal dengan usulan bahwa setiap kabilah harus memilih seorang pemuda yang gagah dan bernasab baik sebagai perantara, kemudian masing-masing diberikannya pedang yang tajam, lalu mereka arahkan untuk menebas secara serentak seakan tebasan satu orang untuk kemudian membunuhnya. Dengan begitu akan terbebas dari ancamannya. Berarti darahnya telah ditumpahkan oleh semua kabilah.
Tatkala keputusan keji itu akan dilaksanakan turunlah Malaikat Jibril untuk memberitahukan perihal persekongkolan Kaum Quraisy. Atas izin Allah SWT Nabi Muhammad SAW berhijrah meninggalkan Makah.
Abu Jahal dengan penuh keangkuhan dan kesombongan yakin betul akan berhasil membunuh Nabi seraya berkata pada rekannya Jika kalian tidak melakukannya , maka dia akan menyembelih kalian. Sekalipun persiapan yang dilakukan orang Quraisy untuk melaksanakan rencana keji sedemikian rapinya namun mereka mengalami kegagalan.
Abu Jahal gagal menangkap nabi lantas melabrak menyatroni Rumah Abu Bakar dan keluarlah Asma binti Abu Bakar. Abu Jahal yang terkenal dengan perangainya yang buruk menampar pipi Ama dengan sebuah tamparan yang menyebabkan anting-antingnya jatuh.
Singkat cerita dengan sisa-sisa kecongkakan dan keangkuhannya dia berusaha untuk tegar dan semangat. Abu Jahal yang suka mencaci maki Rasulullah SAW itu diserang oleh dua pemuda secara serentak pada saat perang Badar dengan pedangnya hingga dapat membunuhnya. Dua pemuda tersebut bernama Muadz bin Amr Al-Jamuh dan Mu’awwid bin Afra.
KISAH MUSAILAMAH AL KADZAB
Musailamah Al Kadzb adalah seorang nabi palsu. Ia mendakwahkan dirinya jadi nabi. Ia berusaha untuk menandingi Al Qur’an, padahal mustahil bagi manusia dapat membuat susunan yang serupa dengan Al Qur’an yang dapat menandinginya. Keindahan susunan dan gaya bahasanya serta isinya tidak ada tara bandingannya. Al Qur’an adalah mukjizat yang terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Di dalam Al Qur’an sendiri memang terdapat ayat-ayat yang menantang setiap orang dan mengatakan: kendatipun berkumpul jin dan manusia untuk membuat yang serupa dengan Al Qur’an, mereka tidak akan dapat membuatnya, sebagaimana Firman Allah SWT
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk mengatakan yang serupa Al Qur’an ini, niscaya tidak mereka akan dapat membuatnya, biarpun sebagian mereka membantu sebagian (yang lain).” (QS Al Isra’ ayat 88).
Musailamah Al Kadzab nabi palsu itu membuat gubahan untuk menandingi Al Qur’an. Kata-kata Musailamah Al Kadzab yang dianggapnya dapat menandingi sebagian ayat-ayat Al Qur’an contohnya adalah:
Artinya: Hai katak (kodok) anak dari dua katak, berkuaklah sesukamu,bahagian atas engau di air dan bahagian bawah engkau di tanah.
Seorang sasterawan Arab yang ternama yaitu Al Jahiz memberikan penilaian gubahan Musailamah Al Kadzab ini dalam bukunya yang bernama “ Al Hayawan “ sebagai berikut: Saya tidak mngerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak (kodok) dan sebagainya itu, Alangkah kotornya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Al Qur’an itu kepadanya sebagai wahyu.”
Musailamah Al Kadzab menemui kegagalan dalam menandingi Al Qur’an. Ia bahkanmendapat cemoohan dan hinaan dari masyarakat.
Musailamah Al Kadzab yang mengaku sebagai nabi ini akhirnya ditumpas maka terjadilah pertempuran Yamamah pada tahun 12 Hijriyah, yaitu pertempuran antara pasukan Islam yang dipimpin oleh Kalid abi Walid melawan pasukan Musailamah Al Kadzab. Dengan pertempuran ini pasukan Islam dapat menumpas pasukan Musailamah Al Kadzab. Akhirnya Musailamah Al Kadzab berhasil dibunuh oleh Wahsyi.
DIBAWAH INI ADALAH PERILAKU YANG TIDAK TERPUJI
(JANGAN DITIRU YA)
Abu Lahab dan Abu Jahal pendengki
Abu Lahab dan Abu jahal adalah seorang yang mempunyai perilaku buruk yaitu berupa sifat dengki. Dengki atau iri hati adalah sifat dan sikap tidak senang dengan kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain yang memilikinya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka dengki adalah menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.
Dengki seperti yang telah dilakukan oleh Abu Lahab dan Abu Jahal adalah sangat terlarang dalam agama Islam, karena dengki itu akan mengakibatkan malapetaka dan kehancuran bagi yang dengki itu sendiri maupun kepada orang lain.
Orang yang dengki seperti Abu Lahab dan Abu Jahal ini akan selalu membuat rencana yang tidak baik terhadap orang yang didengkinya, perasaannya akan selalu resah dan gelisah yang mendalam karena keberhasilan orang lain, sehingga ia berusaha sekuat tenaga, daya dan upaya untuk merebutnya.
Perilaku dengki Abu Lahab dan Abu Jahal dalam sejarah yaitu seperti menghasud, memfitnah, menghalang-halangi perjuangan, menolak dan menyanggah kebenaran, menghina, merendahkan, membanggakan harta, pangkat dan ketenaran, menjerumuskan, memusuhi, menjebak dan bahkan ingin membunuhnya.
Sifat dengki, bukanlah sifatnya orang yang beriman, tetapi sifat ini adalah sifat Iblis.Orang yang dengki akan mendapat dosa yang besar dari Allah SWT. Islam mengajarkan untuk saling tolong-menolong. Kita harus menjaga persaudaraan, saling membantu dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan menetapi kesabaran.
Firman Allah SWT
Artinya:…Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Q.S Al Maidah (5): 2)
Artinya: …Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran Q.S Al Ashr (103):3)
Oleh karena itu kita harus bisa menghindari perilaku dengki seperti yang telah dilakukan oleh Abu Lahab dan Abu Jahal karena kedua orang tersebut adalah orang yang paling jahat dan jelek sekali moralnya, seakan-akan tidak ada lagi kebaikannya, hatinya tidak terbuka sedikitpun untuk menerima kebenaran. Makanya kita sebagai muslim jangan sampai mengikuti perilakunya. Kita harus berdaya upaya untuk menghindari perilaku dengki agar dapat selamat di dunia dan di akherat kelak.
Musailamah Al Kadzab pembohong
Bohong adalah tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Musailamah Al Kadzab adalah seorang yang berperilaku bohong. Ia mengaku sebagai Nabi, padahal setelah Nabi Muhammad SAW tidak ada lagi nabi. Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terakhir. Nabi Akhiruz zaman.
Musailamah Al Kadzab menunjukkan perilaku yang buruk, tidak mencerminkan perilaku yang terpuji, bahkan merupakan induk dari berbagai akhlak yang buruk. Berbuat bohong sangat merugikan diri sendiri dan orang banyak.
Perilaku bohong merupakan penyakit rokhani, ucapannya tidak akan dipercaya orang, sekalipun yang diucapkannya itu benar. Dalam hal bohong seperti yang dilakukan oleh Musailamah Al Kadzab banyak macam ragamnya diantaranya, mendustakan ayat-ayat Allah SWT dan Rasul-Nya, berbohong kepada orang lain, berbohong antara atasan dan bawahan, pemimpin dengan pemimpin, berbohong antar teman sendiri dll.
Berbohong merupakan akhlak yang tercela yang harus kita hindari sejauh mungkin, apalagi berbohong kepada Allah SWT dan Rasul-Nya akan berakibat yang fatal sebagaimana Firman Allah SWT
Artinya: “Dan pada hari Kiamat akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah SWT mukanya menjadi hitam. Bahkan dalam neraka jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri” (Q.S. Az Zumar ( 39 ): 60)
Berbohong selain termasuk sifat tercela yang pelakunya akan ditempatkan di neraka Jahannam, juga merupakan salah satu sifat dari munafik. Dalam hadits Bukhari Muslim disebutkan:
Artinya: “ Tanda-tanda orang Munafik ada tiga: apabila berbicara selalu bohong / dusta, apabila berjanji tidak ditepati/ menyelisihi, dan apabila dipercaya berhianat (H.R. Bukhari Muslim).
Perilaku seperti yang dilakukan Musailamah Al Kadzab si Nabi Palsu itu harus kita hindari. Perilaku yang harus kita pupuk adalah perilaku untuk memperbaiki iman kita, karena dengan iman yang baik akan membuahkan akhlak yang terpuji dan dari akhlak yang terpuji akan mewujudkan perbuatan yang terpuji, tegas, lugas dan tidak akan berbohong.
Orang yang selalu berkata jujur, benar, adil dan terbuka akan memperolehkebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akherat kelak. Oleh karena itu jauhilah sifat –sifat tercela seperti bohong ini dalam kehidupan sehari-hari sebagai bukti takwa kita terhadap Allah SWT.
Orang yang jujur akan dipercaya orang lain, disukai teman, dicintai Allah SWT dan Rasul-Nya dan bisa hidup dengan tenang dan nyaman. Akan tetapi sebaliknya apabila sifat bohong kita lakukan akan membuat kita sendiri rugi. Kita akan dijauhi teman, dibenci Allah SWT dan rasul-Nya dan akan selalu merasakan resah, gundah, gelisah dalam hidup dan kehidupannya.





Orang Yang Dijamin Masuk Neraka: Amr bin Hisyam atauAbu Jahal (bagian 3)
Abu Jahal Menipu Saudaranya
Abu Jahal terus melanjutkan penghalangan dan pelarangan setiap orang yang ingin membantu kaum muslimin. Hingga, suatu ketika dia terpaksa dipukul salah seorang kaum musyrikin dan melukainya. Dengan itulah terhenti pemboikotan secara zhalim kepada kaum muslimin.
Imam Ali bin Burhanuddin al-Halabi berkata, yang rangkumannya sebagai berikut: “Suatu ketika Abu Jahal mengganggu Hakim bin Hizam, yang bersama anak kecil membawa gandum, dia menginginkan bibinya Khadijah binti Khuwalid radhiyallahu ‘anha dengan melewati kampung tersebut. Abu Jahal menjaringnya seraya berkata, ‘Akankah kau pergi membawa makanan itu ke Bani Hasyim? Demi Allah engkau dan makananmu tidak akan sampai ke sana hingga aku mempermalukanmu di Mekah.’
Maka saat itu, bertepatan dengan datangnya Abu al-Bukhturi bin Hisyam. Dia berkata kepada Abu Jahal: ‘Apa yang kau perbuat padanya?’
Abu Jahal menjawab, ‘Dia membawa makanan untuk Bani Hasyim.’
Abu al-Bukhturi berkata padanya, ‘Makanan untuk bibinya, apakah engkau melarangnya untuk mendatangi bibirnya dengan makanan itu? Biarkan dia pergi!’
Abu Jahal enggan dan melarang, hingga keduanya saling tarik-menarik. Abu al-Bukhturi mengambil tulang onta lantas memukulkannya pada Abu Jahal hingga sobek keningnya dan luka, lalu menginjaknya dengan kakinya sekuat tenaga seraya berkata:
‘Rasakan wahai Abu Jahal, engkau menjumpai bencana. Demikianlah kebodohan itu, menjadikan seseorang hina. Begitulah umpatan, kembali sebagai penghinaan. Engkau mengetahui bahwa kami melegakan kepentingan dan mencegah yang ada, agar tidak tumpah ruah.’
Sebagian suku Quraisy telah merasakan dampak buruk dari pemboikotan yang berdosa ini. Mereka saling menarik simpatik dan berembuk di malam hari untuk menurunkan lembaran pemboikotan dan pergi ke tempat perkumpulan orang Quraisy seraya berkata,
‘Akankah kita makan, memakai pakaian, sedangkan Bani Hisyam dan al-Muththalib binasa. Mereka tidak berdagang maupun membeli?! Marilah kita robek lembaran pemboikotan yang zhalim ini.’
Seakan-akan petir menyambar kepala Abu Jahal, maka dia berkata, ‘Perkara ini telah diputuskan semalam.’ Kemudian lembaran itu dirobek dan keluarlah Bani Hasyim dan Bani al-Muththalib dari tempat mereka.”
Kemenangan Bagi Kaum Muslimin dan Kebinasaan untuk Abu Jahal
Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berputus asa terhadap negeri dan kaumnya, muncullah cahaya yang bersinar bagi dakwah dan risalahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan bagi Beliau para penolong yang memiliki tabiat yang kokoh, kemauan yang kuat, keyakinan yang berakar, merekalah kaum Anshar, yang membai’at Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, Bai’tul Aqabah. Baiat ini benar-benar menjadi pembuka bagi kaum muslimin. Baiat tersebut memerangi manusia yang merah ataupun hitam, untuk perjuangan demi meninggikan kalimat yang haq.
Tatkala musibah yang menimpa kaum muslimin semakin mendera, mereka mempersiapkan diri, saling mendampingi dan mendukung, mereka keluar berkelompok dan sendiri-sendiri, menutup pintu-pintu rumah mereka di Mekah untuk hijrah menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nyashallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tempat tinggal Bani Madh’un, Bani al-Bukair dan Bani Jahsy menjadi tanah yang tandus tidak berpenduduk.
Utbah bin Rabi’ah, al-Abbas bin Abdil Muththalib radhiyallahu ‘anhu, Abu Jahal yang fasiq melewati daerah Bani Jahsy, lalu Abu Jahal menoleh kepada al-Abbas radhiyallahu ‘anhu seraya berkata, “Tidakkah kau lihat? Ini akibat perbuatan keponakanmu, dia memecah belah kesatuan kita, mencerai beraikan urusan kita dan memutuskan hubungan di antara kita.”
Sedangkan Al-Abbas radhiyallahu ‘anhu tidak menjawab dengan sepatah kata pun.
Di antara kabar yang langka dan penting dalam kejadian hijrah, bahwasanya al-Ayyasy bin Abi Rabi’ahradhiyallahu ‘anhu –saudara seibu Abu Jahal dan anak pamannya- termasuk orang terdahulu dan paling awal, lagi ikut hijrah dua kali, Abu Jahal tidak terima saat saudaranya hijrah dan merasakan kenikmatan Islam di antara kaum Anshar di Madinah. Abu Jahal dan saudaranya al-Harits bin Hisyam keluar hingga keduanya sampai ke Madinah –saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih di Mekah- Abu Jahal membisikkan kepada ‘Ayyasy dengan perkataan yang bejat lagi penuh tipu daya: “Sesungguhnya ibumu bernadzar tidak akan menyisir rambutnya, hingga ia melihatmu dan tidak pula bernaung dari terik matahari hingga melihatmu.”
Maka Ayyasy radhiyallahu ‘anhu terasa tersentuh dengan apa yang didengarya, Umar radhiyallahu ‘anhumengisyaratkan agar dia tidak mendengarkan setan ini. Akan tetapi Ayyasy dikuasai oleh perasaan cinta, selaku anak terhadap orang tua. Dia membenarkan apa yang dikabarkan Abu Jahal. Dia pun keluar bersama keduanya. Hingga sampai keluar jalan, kedua orang itu menawannya lalu mengikatnya dengan kuat, kemudian keduanya memasuki Mekah di siang hari sedang Ayyasy radhiyallahu ‘anhudalam keadaan terikat. Kemudian keduanya berkata: “Wahai penduduk Mekah, berbuatlah demikian terhadap orang-orang bodoh di antara kalian, sebagaimana kami berbuat terhadap orang bodoh kami ini.”
Dahulu Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan rahmat-Nya –sebagaimana terdapat dalam Shahihain- dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Beliau mendoakan Ayyasy, Walid bin Walid dan Salamah bin Hisyam dalam Qunut shalat Isya.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah! Selamatkanlah al-Walid bin Walid. Ya Allah! Selamatkanlah Salamah bin Hisyam, Ya Allah! Selamatkanlah Ayyasy bin Abi Rabi’ah. Ya Allah! Selamatkanlah orang-orang tertindas dari kaum mukminin.”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari tidak mendoakan mereka, maka aku menegur beliau.” Beliau bersabda, “Tidakkah kau lihat mereka telah pergi (syahid).”
Rencana Membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Hijrah orang-orang terkemuka lagi baik, dalam keadaan yang bagus lagi menakjubkan, sedikit menyulut kemarahan para penyembah patung. Abu Jahal dan kaum musyrikin melihat bahwa Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam akan bergabung dengan para sahabatnya di al-Madinah al-Munawwarah. Maka hal ini membuat para pembesar Quraisy mengadakan muktamar, mereka bersepakat, satu hari yang diberi nama ‘az-Zahmah’ (hari yang padat), dikarenakan berjubelnya orang setingkat preman dan rakyat jelata, semua menunggu putusan pemuka mereka yaitu orang-orang yang berkumpul di sekitar si Fasiq Abu Jahal di Darun Nadwah.
Tersebut perundingan kaum musyrikin seputar apa yang diceritakan Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang mereka dalam firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfaal: 30)
Majelis itu menyetujui pendapat orang berdosa lagi busuk, Abu Jahal, yang berkata kepada mereka, “Wahai kaum Quraisy, demi Allah, sungguh, aku memiliki pendapat tentangnya, yang tidak kalian duga.”
Para hadirin berkata dengan suara yang berat, “Apa itu wahai Abu al-Hakam?”
Abu Jahal menjawab, saat itu tanda pengkhianatan ada di wajah dan kedua matanya: “Menurut hematku, kita mengambil dari setiap suku seorang pemuda yang kuat dari bangsawan, menjadi wakil kita. Kemudian kita memberi setiap pemuda dari mereka pedang tajam, lalu mereka menemui Muhammad dan kesemuanya serempak menyerangnya hingga mati. Maka darahnya berpencar di antara banyak suku. Dengan demikian Bani Abdi Manaf tidak akan mampu memerangi kaumnya secara keseluruhan. Maka, mereka akan rela terhadap kita dengan al-Aql. Kita pun mengganti dan menunaikannya dengan membayar denda untuk mereka.
Setan telah menyelimuti mereka, para pelampau batas. Di depan pintu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berjaga-jaga hingga beliau tertidur, agar mereka menyergap dan membunuhnya. Dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala menopang Nabi-Nya, hingga mereka orang-orang jelek itulah yang tertidur.
Maka, kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS. Yaasiin: 9)
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan hijrah ke Madinah bersama Abu Bakarradhiyallahu ‘anhu, untuk kejadian ini al-Bushiri rahimahullah mengisyaratkan dengan perkataannya:
“Dan Nabi berjalan menuju ke Madinah sedangkan Mekah rindu terhadapnya…”
Kehinaan Abu Jahal
Orang-orang Quraisy menjadi gila, tatkala mengetahui lepasnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari mereka, bersama sahabatnya Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, maka sekelompok kaum musyrikin yang dipimpin si Fasiq Abu Jahal bergegas mengejar, hingga mereka berdiri di depan pintu Abu Bakarradhiyallahu ‘anhu. Lantas keluarlah putrinya Asma radhiyallahu ‘anhu dan si jelek Abu Jahal bertanya, “Di mana ayahmu, wahai putri Abu Bakar?”
Asma radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Demi Allah, aku tidak tahu di mana ayahku.”
Maka, si jelek lagi keji itu mengangkat tangannya dan menampar Asma radhiyallahu ‘anhu, dengan tanpa belas kasihan hingga jatuh anting-antingnya, karena kerasnya tamparan yang penuh kedengkian itu.
Demikianlah, kerendahan Abu Jahal sampai hati menyakiti wanita yang sedang hamil, berlepas diri dari akhlak orang-orang arab yang mulia dalam memperlakukan wanita. Maka, tampaklah palsunya kejantanannya saat sepeti ini, yang dicatat oleh sejarah kepahlawanan Asma, juga perjuangannya yang disaksikan oleh penduduk Mekah, dan disaksikan oleh malam-malam, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama ayahnya berada di gua. Dan tertulislah dengan huruf dari cahaya: “Hendaklah kaum wanita meniru Asma’.”
Adapun Abu Jahal telah dicatat oleh sejarah sebagai kehinaan dan aib serta celaan yang menyeluruh hingga akhir masa. Kejantanannya diragukan, karena dia berlagak berani terhadap wanita yang tidak berdaya, saat ditinggalkan kaumnya. Apakah ada yang lebih besar dari sikap pengecut Abu Jahal?


Komentar

Postingan Populer