Abu Jahal
Abu Jahal adalah Fir’aun umat ini. Ia hidup di Makkah
sebagai musuh Allah dan Rasul-Nya. Ia selalu berusaha membunuh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Ia melihat sejumlah
ayat (tanda kekuasaan) Allah dan sejumlah mukjizat, tetapi mata hatinya telah
lebih dulu buta sebelum mata kepalanya. Karenanya,ia pun menjadi seperti setan
yang sangat pembangkang.
Sering kali Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan
para sahabatnya merasakan gangguan dan pengingkarannya. Akan tetapi, suatu hari
beliau berharap dia masuk Islam. Beliau bersabda:
“Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan ‘Amr bin
Hisyam atau ‘Umar bin Khattab.”
Allah mengabulkan doa Rasulullah ini, sehingga
orang yang paling baik diantara kedua itu adalah ‘Umar bin Khattab yang pada
akhirnya dia masuk Islam, sedangkan orang yang paling jahat diantara keduanya
adalah Abu Jahal yang senantiasa memusuhi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Sesungguhnya Abu Jahal adalah pengatur siasat
perang Badar bagi musuh Islam. Ia berkeinginan memberikan pelajaran bagi umat
Islam. Akan tetapi, ia telah tertipu setannya bahwa ia akan mengalahkan nabi
dan para sahabatnya dan tiba-tiba ia mati terbunuh berlumuran darah; dan sebelum
mati, ia sempat berkata: “Bagi siapakah kemenangan hari ini?” Maka dikatakan kepadanya: “Bagi Allah dan
Rasul-Nya.”
Mendengar itu, Abu Jahal mencela kaum muslimin
dan bertambah kafir. Hal ini membuat RasulullahShallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Sesungguhnya Fir’aun
umat ini lebih parah daripada Fir’aun Musa.”
Memang benar, Fir’aun musa beriman saat akan
meninggal dunia meskipun Allah tidak menerimanya. Adapun Fir’aun arab ini mati
dalam keadaan kafir dan mencela Allah dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Dalam kondisi yang buruk penuh dengan
kedengkian terhadap Islam dan nabi-Nya, tumbuh seorang remaja yang bernama Ikrimah. Ikrimah melihat ayahnya di Makkah tidak
henti-hentinya memusuhi umat Islam, kemudian melihat kaumnya kalah dalam perang
Badar. Ia kembali ke Makkah tanpa disertai ayahnya seperti ketika dia berangkat
ke Badar. Ia membiarkan ayahnya tewas di tangan pasukan Islam, bahkan sampai
penguburannya pun ia membiarkannya.
Adapun dalam perang
Uhud kondisi sedikit berbeda. Pasukan Quraisy keluar dengan membawa pasukan
kuda dan kebesarannya. Ikrimah berada dalam pasukan inti bersama Khalid bin
Walid yang menjadi pemimpin pasukan sayap kanan. Bahkan Ikrimah membawa
istrinya, Ummu Hakim, yang bertugas menabuh rebana bersama dengan Hindun binti
‘Utbah. Saat itu, Ummu Hakim mendendangkan syair:
Ayolah, wahai bani ‘Abdid Dar
Ayolah, para pembela kaumnya
Pukulah musuhmu dengan pedang
Para pasukan kafir ini
menjadi bersemangat. Ikrimah mengendarai kudanya yang dikendalikan setan dan kedengkiannya
untuk memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Tetapi, Ikrimah meletakkan di depan matanya
peristiwa tewasnya sang ayah di tangan kaum muslimin pada perang Badar. Sampai
akhirnya peperangan berakhir dengan kemenangan di tangan pasukan kafir. Akan
tetapi, kemenangan mereka itu merupakan kemenangan yang tidak sempurna,
sebab mereka takut serangan kaum muslimin, sehingga mereka lari menuju kota
Makkah.
Dalam perang Khandaq atau Al-Ahzab, Ikrimah
adalah salah satu dari ribuan anggota pasukan kafir yang mengepung kota
Madinah, kota Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-oranng Islam. Akan tetapi, mereka
tercengang ketika melihat parit besar yang belum pernha mereka lihat
sebelumnya. Parit ini membuat senjata-senjata di tangan mereka tidak berguna.
Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Pengepungan pun berlangsung lama. Ikrimah
tidak sabar, maka ia keluar bersama dengan ‘Amr bin Wud untuk mengajak pasukan
Islam melakukan pertandingan jawara (duel satu lawan satu) dari kedua pasukan.
‘Ali radhiyAllahu
‘anhu keluar menanggapi
ajakan ini. ‘Ali melawan ‘Amr bin Wud dan memperoleh kemenangan karena berhasil
memenggal kepala ‘Amr bin Wud dan melemparkannya pada pasukan musyrik.
Melihat kejadian ini, Ikrimah takut sehingga
ia lari seperti tikus yang ketakutan. Ikrimah meninggalkan peralatan perang dan
barang-barang lainnya. Oleh karena itu, ‘Ali radhiyAllahu ‘anhu mengambilnya dan memberikannya sebagai hadiah
untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah memenangkan
Islam dan kaum muslimin. Mereka berhasil menaklukkan kota Makkah. Akan tetapi,
kemenangan ini tidak terlepas dari perlawanann kecil. Ikrimah bersama
dengan Shafwan bin Umayyah, Suhail bin ‘Amr, dan seorang lelaki dari bani Bakar
(namanya Hammas bin Qais) melakukan perlawanan terhadap kaum muslimin.
Ketika melihat apa yang dilakukan Qais,
istrinya berkata: “Wahai Hammas, apa yang kamu persiapkan?”
“Aku mempersiapkannya
untuk Muhammad,” ujar Hammas.
“Demi Allah, kamu tidak akan mampu melawan
Muhammad dan para sahabatnya,” tukas istrinya.
Dengan sombong Hammas berkata: “Kami akan membunuh
mereka dan kamu akan mempunyai pembantu dari mereka.”
Sementara itu Ikrimah bersama teman-temannya
berkumpul di tempat yang dinamakan Al-Khandamah mereka ingin melakukan
permusuhan dan perlawanan terhadap kaum muslimin. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam meladeni
mereka dengan mengajukan pedanngnya yang terhunus, yaitu Khalid bin walid (yang
mempunyai julukan Saifullah wa Rasulihi Al-Maslul yang berarti pedang Allah dan Rasul-Nya yang terhunus).
Maka mereka kalah dan lari tunggang langgang, termasuk juga Hammas. Oleh karena
itu, Hammas masuk ke rumahnya dan menutup pintunya, kemudian dia mengucapkan
syair:
Sungguh andai kamu menyaksikan hari Al-Khandamah
Saat Shafwan dan Ikrimah lari kalah
Kami disambut pedang-pedang muslim
Yang memotong-motong setiap tengkorak kepala dan tangan
Pelarian Ikrimah bin
Abu Jahal
Ikrimah lari, sementara Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah
mengizinkan untuk membunuhnya bersama sembilan orang lainnya. Melihat ancaman
mati dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, Ikrimah melarikan diri ke Yaman. Pada
saat itu istrinya yang bernama Ummu Hakim masuk Islam dan meminta perlindungan
dan keamanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk Ikrimah, maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
kepadanya: “Dia aman”
Ummu Hakim melakukan
perjalanan untuk mengembalikan suaminya ke Makkah. Dalam perjalanannya ini, ia
ditemani seorang lelaki Romawi. Lelaki ini melihat adanya kesempatan untuk
berbuat mesum karena mereka hanya berdua saja, sementara jarak perjalanan
sangat jauh. Akan tetapi, Ummu Hakim menolaknya hingga akhirnya mereka berdua
sampai di suatu pantai. Disinilah takdir menundukkan Ikrimah.
Ikrimah berkata kepada salah satu seorang
nahkoda kapal: “Bawalah aku sampai ke Yaman dan aku akan memberikan apa yang
kamu inginkan.”
Nahkoda kapal berkata, “Tidak, kecuali kamu
ikhlas.”
“Bagaimana cara
berikhas?” Tanya Ikrimah.
“Kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Allah dan Muhammad utusan Allah.” Jawab nahkoda kapal.
Dengan kesal Ikrimah berrkata: “Ini adalah Tuhan
Muhammad yang kami diajak kepada-Nya.” Ikrimah mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Ia
berputar. Ia kaget, karena di depannya terdapat istrinya. Istrinya berkata: “Aku datang kepadamu
dari manusia yang paling baik, mannusia yang paling penyayang, manusia yang
paling santun, dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Aku telah meminta perlindungan dan keamanan untukmu darinya.
Beliau telah menjamin keamananmu, maka janganlah kamu binasakan dirimu sendiri!
Kembalilah, karena sesungguhnya kamu akan aman.”
Ummu Hakim
menceritakan hal ihwal pemuda Romawi yang bersamanya. Ia telah meminta bantuan
kepada sebagian orang-orang pedalaman dan mereka mau memberikan bantuan. Ia
masih tetap bersama dengan pemuda ini, sehingga nafsu pemuda ini tertuju
kepadanya. Maka dalam perjalanan menuju Makkah, Ikrimah pun membunuh pemuda
tersebut.
Saat diajak berduaan oleh Ikrimah, Ummu Hakim
berkata: “Wahai Ikrimah, sesungguhnya kamu musyrik, sedang aku muslimah.
Allah telah mengharamkan diriku atasmu.” Kata-kata yang seperti panah ini telah
menancap di hati Ikrimah, sehingga hati Ikrimah pun terluka dan pikirannya
menjadi kacau balau.
Sementara di Makkah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam berdiri
diantara para sahabatnya sambil bersabda: “Sesungguhnya Ikrimah
bin Abi Jahal akan datang kepadamu dalam keadaan beriman dan berhijrah, maka
janganlah kamu mencela ayahnya, karena mencela orang yang sudah mati dapat
menyakitkan orang yang masih hidup, walaupun celaan itu tidak sampai kepada
orang yang sudah mati.”
Masuk
islamnya Ikrimah bin Abu Jahal
Ikrimah pun datang. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Selamat
datang, pengendara yang berhijrah.”Beliau berdiri kepadanya, meluaskan kain untuknya, dan
menyambutnya dengan sebaik-baik sambutan.
Ikrimah berkata: “Aku mendengar bahwa
engkau telah menjamin keamananku, wahai Muhammad ?”
“Ya sungguh kamu
aman,” jawab Rasul
“Untuk apa kamu
menngajakku ?” tanya Ikrimah.
“Untuk menyembah Allah
Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, melaksanakan shalat, membayar
zakat, menunaikan puasa, dan berhaji di Baitullah,” kata Rasul.
Ikrimah berkata: “Demi Allah, engkau
tidak mengajakku, kecuali kepada kebenaran; dan engkau tidak memerintahku,
kecuali kepada kebaikan.” Ikrimah mengulur tangannya dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Ikrimah berkata: “Wahai Rasulullah, aku memohon kepadamu untuk mengampuniku
atas setiap permusuhanku terhadapmu, setiap jejak langkahku, setiap kesempatan
aku bertemu denganmu, dan setiap perktaan yang aku ucapkan dihadapanmu atau
tidak dihadapanmu.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa untuk Ikrimah:
“ Ya Allah ampunilah setiap permusuhan yang dilakukannya
terhadapku, setiap jejak langkahnya yang ia inginkan untuk memadamkan
cahaya-Mu. Ampunilah perkataan yang diucapkan guna merendahkan martabatku, baik
ketika dia berada di hadapanku maupun tidak dihadapanku.”
Ikrimah berkata: “Wahai Rasulullah, tidaklah aku mengeiuarkan satu hartapun
yang telah aku gunakan untuk memusuimu, kecuali aku juga akan menginfakkan
harta yang sama di jalan Allah.”
Setelah masuk Islam, Ikrimah bersumpah: “Demi Dzat yang telah
menyelamatkanku saat perangBadar.” Ia bersyukur kepada Tuhannya karena ia tidak
mati terbunuh dalam perang Badar (karena pada waktu itu Ikrimah masih dalam
keadaan kafir, red).
Ia masih tetap hidup sampai akhirnya Allah pun memuliakannya dengan Islam. Ia
selalu membawa mushaf sambil menangis: “Kitab Tuhanku ! Kitab Tuhanku !“
Syahidnya Ikrimah
bin Abu Jahal
Pada saat perang Yarmuk meletus dengan
hebatnya dan pasukan Romawi hampir mengalahkan pasukan Islam, maka singa buas
Ikrimah pun bangkit dan berkata: “Minggirlah, wahai Khalid bin Walid, biarkan aku menebus
apa yang telah aku dan ayahku lakukan. Dulu aku memusuhi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apakah
sekarang aku akan lari dari pasukan Romawi ? Demi Allah tidak, selamanya tidak
akan terjadi !”
Ikrimah berteriak: “Siapa yang akan
membaiatku untuk mati ? “
Pamannya Harits bin
Hisyam, dan juga Dhirar bin Al-Azwar berdiri untuk membaiatnya. Ikut bersama
mereka 400 pasukan muslim. Mereka memasuki arena peperangan hingga mereka dapat
mengalahkan pasukan Romawi, dan Allah pun memberikan kemenangan dan kemuliaan
bagi pasukan-Nya.
Perang pun selesai. Ikrimah tergeletak terkena
70 tikaman di dadanya, sedang disampingnya adalah Al-Harits bin Hisyam dan
Ayyasy bin Abi Rabi’ah. Al-Harits memanggil-manggil meminta air namun ia
melihat Ikrimah sangat kehausan maka ia berkata: “Berikanlah air kepada
Ikrimah.” Ikrimah melihat Ayyasy
bin Abi Rabi’ah juga sangat kehausan, lalu ia berkata: “Berikanlah air kepada
Ayyasy.” Ketika air hampir
diberikan, Ayyasy sudah tidak bernyawa. Para pemberi air dengan cepat menuju
Ikrimah dan Al-Harits, namun keduanya pun sudah tiada untuk meminum air surga
dan sungai-sungainya.
Sumber: Kisah Teladan
20 Sahabat Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk Anak, Dr. Hamid Ahmad Ath-Thahir, Irsyad Baitus Salam, 2006 (Dipublikasikan
ulang oleh KisahMuslim.com)
Komentar
Posting Komentar